Hari Pentakosta bukan hanya memiliki makna perayaan eksklusif dari suatu bangsa, untuk memberi ucapan syukur atas berkat yang diterima, tetapi juga merupakan sebuah "perayaan" sukacita sejati karena Roh Kudus, Sang Penghibur, parakletos yang dijanjikan itu telah hadir (Yoh. 14:15-31) memberikan kuasa kepada para murid untuk menjadi saksi (Kis. 1:8).
Pentakosta telah meneguhkan para murid, memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk menjadi saksi Allah dan untuk "melahirkan" komunitas baru yang disebut dengan "Gereja". Fakta-fakta Alkitab menyebutkan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas yang tidak dibatasi dengan berbagai batasan yang ada diberbagai komunitas lain.
Tanpa batas ruang. Pada masa pra-pentakosta, eksistensi orang-orang percaya hanya dipandang sebagai mahzab Yahudi saja. Orang-orang percaya tetap beribadah di Bait Allah dan sinagoga-sinagoga. Ibadah mereka harus di tempat-tempat khusus dan dibatasi keempat ruang dinding saja - hanya di tempat khusus itulah mereka beribadah. Tetapi setelah peristiwa Pentakosta pemisah danperkembangan dalam hal tempat semakin nampak. Mereka tidak hanya bersekutu di Bait Allah dan sinagoga, tetapi di rumah-rumah (Kis. 2:46) dan bahkan didalam penjara (Kis. 16:25) dan dimana saja orang percaya berkumpul. Bersyukur karena peristiwa pentakosta, orang Kristen tidak harus pergi ke Palestina untuk beribadah, dimanapun orang percaya berkumpul,
Pentakosta telah meneguhkan para murid, memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk menjadi saksi Allah dan untuk "melahirkan" komunitas baru yang disebut dengan "Gereja". Fakta-fakta Alkitab menyebutkan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas yang tidak dibatasi dengan berbagai batasan yang ada diberbagai komunitas lain.
Tanpa batas ruang. Pada masa pra-pentakosta, eksistensi orang-orang percaya hanya dipandang sebagai mahzab Yahudi saja. Orang-orang percaya tetap beribadah di Bait Allah dan sinagoga-sinagoga. Ibadah mereka harus di tempat-tempat khusus dan dibatasi keempat ruang dinding saja - hanya di tempat khusus itulah mereka beribadah. Tetapi setelah peristiwa Pentakosta pemisah danperkembangan dalam hal tempat semakin nampak. Mereka tidak hanya bersekutu di Bait Allah dan sinagoga, tetapi di rumah-rumah (Kis. 2:46) dan bahkan didalam penjara (Kis. 16:25) dan dimana saja orang percaya berkumpul. Bersyukur karena peristiwa pentakosta, orang Kristen tidak harus pergi ke Palestina untuk beribadah, dimanapun orang percaya berkumpul,
disitulah ibadah dan persekutuan diberkati Tuhan.
Tanpa Batas etnis. Gereja yang lahir pada hari pentakosta adalah komunitas yang menerobos batas-batas etnis, yang mana "komunitas" religius ini menjadi milik eksklusif orang-orang Yahudi saja (oleh karena itu bernama yudaism - aliran, ajaran Yahudi) : dan jika Gentiles (non Yahudi) ingin masuk kedalam komunitas ini (disebut proselit), mereka harus melakukan peraturan-peraturan Yahudi (bersunat, dan menjalankan berbagai tradisi Yahudi lainnya). Kisah Para Rasul 11 memberikan dasar Theologis yang mantap tentang Gereja hadir bagi semua bangsa. Injil mulai diberitakan kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang dari segala macam suku, bahasa dan bangsa. Misalnya Kornelius seorang Italia, adalah bagian daari komunitas itu. Kemudian sebutan Niger bagi Simeon (Kis. 13:1) ditunjukan baginya karena ia adalah seorang Afrika (Ahli-ahli kitab berpendapat dia orang Ethiopia). Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa setiap etnis diterima oleh Gereja.
Tanpa Batas sosial. Penginjilan yang dilakukan para murid terus membuahkan jiwa-jiwa baru yang masuk kedalam "komunitas" ini. Hal yang menarik adalah bahwa orang-orang yang ada didalamnya berasal dari berbagai latar belakang sosial. Ada orang-orang "lemah" orang miskin dan janda (Kis. 6) tetapi juga ada seorang Gubernur (Kis. 13:8): ada seorang budak (Kis. 12:13); tetapi juga ada seorang perwira (Kis. 10). Gereja adalah komunitas yang indah karena tidak memandang latar belakang dan status sosial, menerima dan mengayomi semua orang dari segala macam kelompok sosial.
Tanpa Batas geografis. Kitab Kisah Para Rasul mencatat kisah maha indah tentang perkembangan Gereja melewati batas-batas geografis yang ada. Kira-kira tahun 70-140 SM sudah terdapat jemaat-jemaat di tanah Siria, Asia Kecil, dan Yunani, Mesir, Mesopotamia, Italia dan tempat-tempat yang lebih jauh lagi. Inilah komunitas yang dilahirkan pada hari pentakosta, tanpa batas geografis.
Tanpa batas politis. Gereja juga telah menembus batas-batas politis yang ada berabad-abad lamanya antara Kekaisaran Romawi dan Partia (menjadi Persia th. 225). Gereja merobohkan tembok politis yang ada diantara keduanya. Gereja berkembang di daerah-daerah sekitar Laut Tengah (Wil. Romawi) dan juga Irak, Iran (Wil. Persia). Kedua blok politis ii dipersatukan oleh Gereja. Bukti lain tentang hal ini adalah terdapatnya orang Romawi, Yunani, Yahudi dan bahkan ada pengikut Yesus yang disebut "orang Zelot" yang adalah sebutan bagi aktifis politik nasionalis fanatik Yahudi yang jelas berbeda dalam ideologi politik. Tetapi mengapa mereka bisa menjadi satu? Karena di dalam gereja tidak ada tembok ideologi dan politik.
Inilah Gereja yang lahir pada hari Pentakosta; komunitas yang tidak mengenal batas. Fakta ini seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi setiap kita yang merupakan anggota dari komunitas ini. Jangan sampai didalam Gereja terdapat penkotak-kotakan, kasta, dan pembedaan. Setiap orang dari segala macam latar belakang sosial, budaya, bahasa, etnis diterima oleh Gereja. Gereja Kristen Nazarene "Filadelfia (Kasih Persaudaraan)". mengasihi dan menyambut setiap anda menjadi saudara dan saudara kami tanpa melihat suku apapun anda, berbahasa apapun anda, apapun status anda, darimanapun anda, dan partai apapun anda, kami mengasihi anda dan terlebih lagi Tuhan mengasihi anda.
Tanpa Batas etnis. Gereja yang lahir pada hari pentakosta adalah komunitas yang menerobos batas-batas etnis, yang mana "komunitas" religius ini menjadi milik eksklusif orang-orang Yahudi saja (oleh karena itu bernama yudaism - aliran, ajaran Yahudi) : dan jika Gentiles (non Yahudi) ingin masuk kedalam komunitas ini (disebut proselit), mereka harus melakukan peraturan-peraturan Yahudi (bersunat, dan menjalankan berbagai tradisi Yahudi lainnya). Kisah Para Rasul 11 memberikan dasar Theologis yang mantap tentang Gereja hadir bagi semua bangsa. Injil mulai diberitakan kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang dari segala macam suku, bahasa dan bangsa. Misalnya Kornelius seorang Italia, adalah bagian daari komunitas itu. Kemudian sebutan Niger bagi Simeon (Kis. 13:1) ditunjukan baginya karena ia adalah seorang Afrika (Ahli-ahli kitab berpendapat dia orang Ethiopia). Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa setiap etnis diterima oleh Gereja.
Tanpa Batas sosial. Penginjilan yang dilakukan para murid terus membuahkan jiwa-jiwa baru yang masuk kedalam "komunitas" ini. Hal yang menarik adalah bahwa orang-orang yang ada didalamnya berasal dari berbagai latar belakang sosial. Ada orang-orang "lemah" orang miskin dan janda (Kis. 6) tetapi juga ada seorang Gubernur (Kis. 13:8): ada seorang budak (Kis. 12:13); tetapi juga ada seorang perwira (Kis. 10). Gereja adalah komunitas yang indah karena tidak memandang latar belakang dan status sosial, menerima dan mengayomi semua orang dari segala macam kelompok sosial.
Tanpa Batas geografis. Kitab Kisah Para Rasul mencatat kisah maha indah tentang perkembangan Gereja melewati batas-batas geografis yang ada. Kira-kira tahun 70-140 SM sudah terdapat jemaat-jemaat di tanah Siria, Asia Kecil, dan Yunani, Mesir, Mesopotamia, Italia dan tempat-tempat yang lebih jauh lagi. Inilah komunitas yang dilahirkan pada hari pentakosta, tanpa batas geografis.
Tanpa batas politis. Gereja juga telah menembus batas-batas politis yang ada berabad-abad lamanya antara Kekaisaran Romawi dan Partia (menjadi Persia th. 225). Gereja merobohkan tembok politis yang ada diantara keduanya. Gereja berkembang di daerah-daerah sekitar Laut Tengah (Wil. Romawi) dan juga Irak, Iran (Wil. Persia). Kedua blok politis ii dipersatukan oleh Gereja. Bukti lain tentang hal ini adalah terdapatnya orang Romawi, Yunani, Yahudi dan bahkan ada pengikut Yesus yang disebut "orang Zelot" yang adalah sebutan bagi aktifis politik nasionalis fanatik Yahudi yang jelas berbeda dalam ideologi politik. Tetapi mengapa mereka bisa menjadi satu? Karena di dalam gereja tidak ada tembok ideologi dan politik.
Inilah Gereja yang lahir pada hari Pentakosta; komunitas yang tidak mengenal batas. Fakta ini seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi setiap kita yang merupakan anggota dari komunitas ini. Jangan sampai didalam Gereja terdapat penkotak-kotakan, kasta, dan pembedaan. Setiap orang dari segala macam latar belakang sosial, budaya, bahasa, etnis diterima oleh Gereja. Gereja Kristen Nazarene "Filadelfia (Kasih Persaudaraan)". mengasihi dan menyambut setiap anda menjadi saudara dan saudara kami tanpa melihat suku apapun anda, berbahasa apapun anda, apapun status anda, darimanapun anda, dan partai apapun anda, kami mengasihi anda dan terlebih lagi Tuhan mengasihi anda.
AMIN
Bakoh Jatmiko, M.Th
Ketua Pelayanan Anak & Remaja
testing